kubet – Perdebatan Pebalap Soal Rear Height Device, Masih Perlukah?

Fabio Quartararo mengalami masalah teknis pada perangkat pengatur ketinggian suspensi belakang motor, alias Rear Height Device (RHD), pada MotoGP Inggris 2025.
Pebalap pabrikan Yamaha ini mengalami masalah teknis tersebut setelah memimpin selama 11 lap.
Bahkan, jarak Quartararo dengan pebalap di belakangnya sudah unggul 5 detik.
RHD pada Yamaha M1 milik Quartararo tidak bisa dinonaktifkan.

Jadi, suspensi belakang tidak bisa kembali ke posisi normal, sehingga membuat motor sulit dikendalikan.
“Mereka adalah keuntungan besar, tetapi jika kita melepas semuanya, itu juga tidak masalah,” ujar Quartararo, dikutip dari [Speedweek.com](https://www.speedweek.com/motogp/news/236543/MotoGP-Asse-Devices-auf-einigen-Strecken-verbieten.html), Rabu (28/5/2025).
“Dalam kasus saya, hal itu tidak terlalu berbahaya, tapi Anda tahu bahwa Anda harus mengerem sangat keras untuk menonaktifkan perangkat di bagian depan dan belakang,” kata Quartararo.
Meskipun berbahaya, menurut Quartararo, selama semua orang menggunakan sistem ini, maka dia juga akan menggunakannya.

Jadi, sistem ini bisa dikatakan sangat penting.
Dengan menggunakan RHD, suspensi bagian belakang akan menurun, membuat pusat gravitasi motor lebih rendah.
Sehingga, ketika berakselerasi, gejala wheelie pada motor akan berkurang.

Pasalnya, ketika motor mengalami wheelie, sensor anti-wheelie akan bekerja dengan mengurangi tenaga dari mesin ke roda, sehingga motor jadi sedikit lebih lambat.
Dengan demikian, RHD akan membuat ban depan tetap berada di aspal ketika berakselerasi dan performa motor pun lebih optimal.
Kondisi yang sama terjadi juga pada motor Alex Rins.

Beruntung, Rins mengalaminya pada lap terakhir, tiga tikungan sebelum melewati garis finis.